WELCOME TO MY BLOG...

Jumat, 02 Oktober 2020

Pentingnya Mental Health untuk Generasi Z

 

 

Halo teman-teman Adhikara 58!!

    Perkenalkan nama saya Haidar Rheza Paleva mahasiswa baru Universitas Brawijaya dari Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Komputer.

 

            Pandemi COVID-19 berawal di China sejak akhir tahun 2019 dan masuk ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 dengan adanya 2 kasus baru pertama. Pandemi ini begitu mengguncang dunia termasuk, karena penyakit ini berbahaya dan sangat mudah menyebar di seluruh dunia tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan lifestyle manusia itu sendiri. Penyakit mudah ditularkan melalui droplet manusia, apabila manusia tidak menjaga jarak ia akan mudah tertular dari orang lain bahkan tanpa kita sadari (tidak ada gejala). 

          Akibat dari pandemi ini, banyak kebijakan pemerintah yang begitu merugikan dalam hal mobilitas manusia dan ekonomi, seperti tetap di rumah, penutupan tempat umum dan pasar, melakukan kegiatan secara online dan sebagainya. Hal ini tentu tidak mudah bagi manusia untuk menyesuaikan situasi darurat seperti ini, karena untuk bertahan hidup manusia perlu mencari nafkah dengan bekerja di kantor maupun perusahaan.

        Selain itu, banyak faktor merugikan yg menimpa manusia akibat Pandemi COVID-19, antara lain faktor kehidupan, ekonomi, perilaku hidup dan lain-lain. Dampak pandemi, menyebabkan kesehatan masyarakat menurun secara tidak hanya fisik, tetapi juga kesehatan mental manusia juga itu sendiri terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang akan meneruskan generasi bangsa Indonesia tercinta.

    Faktor lain yang begitu mencemaskan bagi masyarakat  adanya pemberlakuan Pembarasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kecemasan berlebihan pada masa karantina dapat menyebabkan risiko ansietas, depresi, hingga gejala stres pascatrauma.

       Hal ini ditekankan oleh seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa mengungkapkan, kondisi pandemi virus corona ini memberikan tiga efek psikologis bagi seseorang, yakni krisis, uncertainty (ketidakpastian), dan loss of control. 

       Tidak hanya itu, menurut Diana Setiyawati, salah satu peneliti dari Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), mengatakan banyak mahasiswa generasi Z yang butuh diperhatikan kesehatan mentalnya di tengah pandemi virus Corona.

        Ia juga mengatakan bahwa sekitar 15 sampai 25 persen mahasiswa perlu diperhatikan akibat perubahan mental health. "Bila ada 10.000 mahasiswa, sekitar 2.000 mahasiswa perlu health mental attention," kata Diana dalam webinar online, Kamis (16/4/2020).

   Berikut 7 penyebab gangguan kecemasan mahasiswa generasi Z di tengah pandemi virus Corona menurut Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM):

1. Penyakit mental pada masa pandemi COVID-19



    Banyak mahasiswa yang memiliki penyakit psikis. Terlebih dengan adanya virus Corona semakin membuat hal ini bisa berdampak pada gejala gangguan kecemasan.

   "Sebenarnya cukup banyak mahasiswa yang sebelumnya sudah memiliki depresi dan kecenderungan bunuh diri," kata Diana.

2. Penyakit fisik

  Tidak hanya pada psikis, penyakit fisik juga menjadi salah satu gejala yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa. Diana mengatakan penyakit fisik dapat rentan terhadap COVID-19 karena bisa menimbulkan kecemasan yang lebih.

3. Kondisi ekonomi



    Salah satu faktor yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa yakni faktor ekonomi. Karena di tengah pandemi ini, banyak penghasilan dalam keluarga yang hilang, yang membuat berkurangnya uang saku.

    "Terpenuhinya kebutuhan pokok itu menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin mental health mereka (mahasiswa)," lanjut Diana.

4. Kondisi fisik lingkungan


    Banyak mahasiswa generasi Z yang ngekost disaat melakukan kuliahannya. Kondisi ini bisa memicu timbulnya gejala kecemasan. Misal kamar kos yang sempit membuat mahasiswa bingung untuk melakukan kegiatan. Terlebih pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)  di sebagian wilayah yang mengharuskan untuk tetap tinggal di rumah.

5. Kondisi studi



    Deadline, tugas kuliah yang menumpuk menjadi tekanan yang lebih terhadap mahasiswa. Banyak dosen yang mengartikan kuliah online untuk memberikan tugas yang menumpuk. Hal ini dapat menimbulkan gejala kecemasan pada mahasiswa.

6. Fasilitas belajar tidak memadai

    Salah satu hal yang membuat gejala kecemasan pada mahasiswa karena tidak adanya fasilitas yang memadai. Pandemi virus Corona membuat kegiatan kuliah beralih menjadi online. Tidak semua mahasiswa memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan pembelajaran secara online.

    "Fasilitas pembelajaran yang tidak memadai, laptop mati, gadget tidak standar," ungkap Diana.

7. Tekanan psikis akibat konflik

    Terakhir tekanan psikis karena konflik juga dapat menimbulkan kecemasan pada mahasiswa di tengah pandemi ini. Baik konflik internal dalam keluarga maupun dengan di dalam pertemanan.

    "Konflik dengan teman dengan orang tua. Ada juga kasus karena tidak nyaman harus di rumah karena terjadi kekerasan," tutupnya.

Cara Menjaga Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa Generasi Z

    Pandemi Covid-19 sedikit banyak mempengaruhi kondisi mental mahasiswa generasi Z. Sekolah harus ditutup, segala aktivitas dibatasi dan kejenuhan mahasiswa berkuliah secara daring membuat beberapa momen berharga hilang begitu saja. Apalagi mahasiswa baru yang tidak punya kesempatan lebih untuk mengobrol dengan teman dan berpartisipasi di kelas sebagaimana mestinya. Namun, hal ini tidak boleh menyurutkan semangat kamu para mahasiswa untuk menjaga kesehatan mental dan fisik agar kuliah tetap berjalan dengan lancar. Berikut beberapa cara menjaga kesehatan mental yang dapat kamu terapkan dikutip dari UNICEF:

1. Pahami Bahwa Kecemasan adalah Sesuatu yang Wajar



    Saat pandemi begini, rasa cemas adalah sesuatu hal yang sudah seharusnya kita rasakan. Kecemasan itu sendiri adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri. Yang terpenting adalah tetap mengendalikan rasa cemas yang ada tanpa disertai rasa ketakutan atau panik berlebih. Jika kita dapat mewajari rasa cemas itu, kita akan lebih mudah untuk mengendalikan emosi yang kita punya.

2. Cari Pengalihan atau Aktivitas yang Menghibur



    Satu hal yang bisa membantu kita untuk menghadapi situasi sulit dan kemungkinan gangguan mental di masa berkuliah ini adalah dengan mencari pengalihan berupa aktivitas yang menghibur dan menyenangkan untuk kita sendiri. Kita bisa mencari kegiatan seperti menonton film kesukaan, membaca novel sebelum tidur, mendengarkan musik favorit atau melakukan hobi sebagai  bentuk pelampiasan dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan kita sehari-hari antara kuliah dan aktivitas di luar kuliah.

3. Temukan Cara Baru untuk Bisa Berkomunikasi dengan Teman



    Media sosial menjadi solusi alternatif untuk bisa bersosialisasi dengan teman-teman kuliah di tengah kondisi pandemi ini. Tapi penting untuk mengetahui batasannya ya, karena bentuk komunikasi yang tidak sehat justru akan menambah rasa cemas dan jenuh yang berlebihan dalam diri. Kita juga bisa menyusun jadwal untuk memberikan waktu istirahat yang cukup bagi diri sendiri.

4. Fokus Pada Diri



    Seringnya berkuliah membuat kita banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting atau hanya menambah kecemasan. Cobalah untuk fokus pada diri sendiri dengan memanfaatkan waktu yang ada secara produktif namun menyenangkan. Kesehatan mental juga perlu menjadi fokus di masa sulit ini.  Fokus pada diri sendiri berarti tidak mengenyampingkan kepentingan diri sendiri hanya untuk membahagiakan atau memberi makan ego orang lain. Perasaan bahagia menjadi penting agar kita bisa menjalani masa perkuliahan dengan efektif, menyenangkan dan nyaman.

5. Salurkan Perasaan dengan Caramu Sendiri



    Setiap orang pasti punya cara berbeda untuk mengolah perasaannya. Kita bisa lebih mengendalikan kesehatan mental dengan berupaya menyalurkan perasaan lewat hal-hal yang kita sukai dengan cara tersendiri. Penting untuk kita melakukan hal-hal yang benar dan sesuai dengan kenyamanan yang kita rasakan.

6. Berupaya untuk Berbaik Hatilah pada Diri Sendiri dan Orang Lain

    


    Dunia perkuliahan terkadang tidak terlepas dari masalah sosial seperti konflik pertemanan, bullying, tekanan senior dan sebagainya.  Hubungan sosial ini seharusnya bisa berjalan dengan baik jika ada rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama. Untuk saling menjaga kesehatan mental, penting sekali untuk kita agar bisa lebih bersikap bijaksana dalam memutuskan apa yang akan kita bagikan atau katakan kepada orang lain dan menjaga kualitas hubungan kita dengan orang lain serta berikan perasaan positif terhadap sesama.

    Nah, itu dia beberapa jenis gangguan mental yang rentan dan cara menjaga mental health. Tetap jaga kesehatan dan semangatnya ya teman-teman! Kita semua berharga dengan sifat unik yang kita miliki masing-masing. Semoga perkuliahan kita lancar selalu yaa ^_^

-------oooo000oooo-------


















Referensi :









Tidak ada komentar:

Posting Komentar